Adalah setumpuk bukit karang yang tinggi menjulang hingga setinggi gunung. Berlokasi di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah. Bentuknya yang tegak - tinggi dan sedikit mencerminkan seperti tubuh manusia yang sudah ‘bungkuk’ menyebabkan bukit ini dinamai oleh masyarakat lokal sebagai ‘Gunung Bungkuk’.
Kawasan ini begitu mempesona bagi para wisatawan petualang dan peminat suasana batiniah yang mistis. Konon dari cerita rakyat sering disebutkan bahwa sejak jaman dahulu kala tempat ini sudah menjadi situs aktifitas kebatinan para petingi dan tokoh kerajaan-kerajaan masa lampau. Bahkan beberapa kisah sempat mengungkapkan bahwa Ir. Soekarno – Proklamator Negara Indonesia sempat menjadikan situs ini sebagai tempat menyepi dan melakukan oleh bathin semasa diasingkan oleh Belanda di Bengkulu.
Melakukan lawatan ke situs ini akan memberikan pengalaman wisata yang tak terlupakan baik tentang bukit Bungkuk sendiri, Provinsi Bengkulu dan segenap pesona sejarahnya.
(La Fortuna)7. Perkebunan Teh KabawetanKawasan perkebunan teh ini pada awalnya adalah kawasan perkebunan teh yang dikembangkan pada masa Kolonial Belanda. Saat ini kawasan ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Kepahiang yang tempatnya hanya beberapa kilometer dari ibu kota Kabupaten Kepahiang.
Suasana pegunungan yang sejuk dan asri sangat cocok untuk dijadikan tempat wisata keluarga maupun berkemah bersama organisas kepemudaan. Hamparan kebun teh yang luas menjadi obat yang mujarab untuk melakukan terapi jiwa dan melepaskan kepenatan. Di sekitar kawasan ini banyak dihuni penduduk yang merupakan keturunan masyarakat suku Sunda dari daerah Jawa Barat.
Dari pengelola perkebunan ini pengunjung dapat membawa oleh-oleh berupa daun teh kering siap seduh khan teh Kabawetan, Teh Hijau Kabawetan dan juga Benalu Teh yang dapat dimanfaatkan sebagai ramuan obat.
(Arys) 8. Bukit KabaKawasan gunung berapi ‘Bukit Kaba’ merupakan salah satu dari objek wisata yang berada di wilayah Kabupaten Rejang Leong. Kawasan wisata ini memiliki berbagai ke-khas-an dibandingkan dengan berbagai objek wisata gunung api lainnya seperti Tangkuban Perahu, Merapi ataupun Tengger.
Kawasan kaki pegunungan yang masih natural dikelilingi perkebunan sayuran milik penduduk lokal yang rapih dan menghijau mengantarkan harum aroma tanah ‘Bumei Pat Petulai’ yang menjadi julukan Kabupaten Rejang Lebong. Pengunjung dapat menjangkau puncak kawah gunung setelah menelusuri kaki gunung dengan hiking melintasi hutan alam yang asri dan menggugah ghairah jiwa petualangan. Dari puncak pengunjung akan mendapatkan view yang mengagumkan tentang hamparan Kota Curup, gugusan pegunungan bukit barisan, bukit bungkuk di Kabupaten Bengkulu Tengah hingga ke bukit telunjuk di Kabupaten Empat Lawang – Provinsi Sumatera Selatan.
Bila pengunjung berkesempatan sedikit berinteraksi dengan masyarakat sekitar, maka akan didapatkan banyak cerita dan riwayat yang berkaitan dengan kawasan ini. Berbagai kisah sosiologis masyarakat terdahulu hingga legenda perjanjian dan pakem hubungan antar suku yang terjadi di Bumi Bengkulu. Eksotisme bukit kaba, benar-benar menjanjikan paduan selaras antara keasrian, kealamian dan jiwa petualangan yang aman dan nyaman.
(Arys)9. Sumber Air Panas Bumi SubanMerupakan sumber mata air panas bumi yang masih berhubungan dengan aktifitas Gunung Berapi ‘Bukit Kaba’. Tempat ini merupakan situs wisata alam yang sangat penting di Provinsi Bengkulu dan menjadi lokasi favorit untuk rekreasi keluarga. Suasana tempat pemandian air panas yang nyaman, kolam renang yang bersih dan mengandung unsur penyembuhan menyebabkan tempat ini terkenal dan ramai dikunjungi wisatawan dari wilayah Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Suhu air yang pantas serta komposisi mineral dan unsur hara yang unik menjadikan sumber mata air geotermal ini sebagai tempat untuk melakukan terapi dan penyembuhan berbagai penyakit oleh masyarakat. Tempat ini begitu populer bagi masyarakat Bengkulu dan Sumatera Selatan dan menjadi sangat penting untuk dikunjungi. Oleh karenanya jangan sampai terlewatkan.
(Arys)10. Kawasan Tambang Emas Lebong TandaiTanah pegunungan dalam gugusan bukit barisan yang indah menjadi semakin mempesona karena mengandung butiran logam mulia di dalamnya. Kenyataan inilah yang membawa bangsa Belanda membuka tambang emas dan melakukan eksplorasi selama bertahun-tahun di wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Lebong ini. Aktifitas penambangan dengan cara tradisional akan dapat menyadarkan kita betapa aktifitas kehidupan dimulai dari sesuatu yang begitu sederhana. Dengan melakukan lawatan ke kawasan ini bukan hanya akan menyegarkan fikiran, tetapi juga dapat menjadi media untuk membuat manusia semakin menyadari betapa Maha Kaya-nya Sang Pencipta Alam ini.
Berwisata di kawasan tambang emas Lebong Tandai sangat menggoda bagi para traveller dan back-packer yang bermaksud mencari sensasi alternatif dalam travelling yang dilakukannya. Disamping dapat melakukan rekam jejak terhadap aktifitas penambangan di kawasan ini, pengunjung masih dapat menikmati aktifitas penambangan tradisional oleh masyarakat yang dilakukan turun-temurun. Sebagai extra experience pengunjung dapat menikmati suasana mandi bebas di sungai alam yang ternyata airnya hangat dan menyembuhkan.
12. Bunga ‘Rafflesia Arnoldi’
Adalah bunga khas yang tumbuh di kawasan hutan bukit barisan, khususnya di wilayah Provinsi Bengkulu. Keunikan bunga ini adalah selain dari bentukya yang jauh lebih besar dari ukuran bunga pada umumnya juga karena proses pemunculannya yang tiba-tiba tanpa memiliki bentuk pohon tertentu. Menurut berbagai keterangan tubuh utama tanaman ini sesungguhnya merambat di dalam tanah. Pada periode-periode tertentu terutamanya pada musim hujan tanaman tersebut akan berbunga yang muncul secara langsung di atas permukaan tanah. Dikelilingi lima lembar kelopak di sekitar lingkaran putiknya, bunga ini tampil dengan warna merah tua berhias bintik-bintik yang unik dan eksotik. Dengan lebar keseluruhan mencapai 75 sampai 125 centimeter bunga ini diklaim sebagai salah satu bunga terbesar di dunia yang tumbuh di alam bebas. Nama ‘Rafflesia Arnoldi’ yang melekat pada bunga ini mengabadikan penemuannya semasa kolonialisme Inggris dengan kepemimpinan Thomas Stamford Raffles di daerah Bengkulu. (La Fortuna)
Potensi Wisata Sejarah
1. Fort Marlborough
Fort Marlborough adalah sebuah bangunan benteng pertahanan yang terletak di pesisir pantai Tapak Paderi - Kota Bengkulu. Benteng ini dibangun oleh kolonial Inggris pada tahun 1914 – 1719 dibawah pimpinan Gubernur Jendral Josef Colin semasa pendudukan mereka di Wilayah Bengkulu. Benteng Marlborough adalah benteng terbesar yang pernah dibangun oleh Bangsa Inggris semasa kolonialismenya di Asia Tenggara.
Konstruksi bangunan benteng Fort Marlborough ini memang sangat kental dengan corak arsitektur Inggris Abad ke-20 yang ‘megah’ dan ‘mapan’. Bentuk keseluruhan komplek bangunan benteng yang menyerupai penampang tubuh ‘kura-kura’ sangat mengesankan kekuatan dan kemegahan. Detail-detail bangunan yang European Taste menanamkan kesan keberadaan bangsa yang besar dan berjaya pada masa itu. Dari berbagai peninggalan yang masih terdapat di dalam bangunan benteng dapat pula diketahui bahwa pada masanya bangunan ini juga berfungsi sebagai pusat berbagai kegiatan termasuk perkantoran, bahkan penjara.
Berbagai catatan sejarah pernah terjadi di Fort Marlborough ini, diantaranya tentang berbagai kejadian dalam kehidupan bangsa Inggris di Bengkulu saat itu, beberapa pesta perkawinan diantara mereka, berbagai kisah perniagaan rempah-rempah, peperangan-peperangan yang terjadi, hingga kisah gugurnya Hamilton, gugurnya Thomas Parr dan penundukan / penguasaan benteng ini selama lebih kurang enam bulan oleh perlawanan Tobo Bengkulu dengan Rajo Lelo-nya.
Dalam usia yang sudah mencapai tiga abad, nilai bangunan ini tentu lebih dari sekedar bangunan bersejarah yang berada di Bumi Bengkulu ini. Tetapi Fort Marlborough juga merupakan ‘prasasti’ yang mengisahkan tentang jalinan interaksi dua bangsa yang berbeda, yaitu bangsa Inggris dan bangsa Melayu Bengkulu’. Fort Marlborough bagaikan ‘permata sejarah’ yang menyatukan kenangan manis dari dua bangsa yang berbeda dalam sebuah untaian kalung ‘kehormatan peradaban’-nya masing-masing. Fort Marlborough adalah situs yang tiada boleh dilewatkan ketika wisatawan mengunjungi Bengkulu. (Al Aksan)
2. Fort York
Situs Benteng York adalah sebuah kawasan puing-puing bebatuan bekas bagunan Fort York. Lokasi ini menjadi sebuah situs bersejarah lantaran pada zamannya, di lokasi ini pernah berdiri sebuah benteng pertahanan pertama Kolonialisme Ingggris di tanah Bengkulu. Situs benteng ini berkedudukan di Muara Sungai Bengkulu sedikit menjorok ke dalam. Bangunan ini murni berfungsi sebagai benteng pertahanan utama bangsa Inggris sebelum akhirya dipindahkan setelah selesainya pembangunan Fort Marlbrough.
Berbeda dengan suasana di situs Fort Marlborough yang lebih bernuansa wisata sejarah dan eksotisme masa kolonial, suasana di situs Fort York lebih menjanjikan bagi para pengunjung yang mengingingkan bernostalgia dengan mistisme masa lampau. Berbagai ceritera dari mulut ke mulut sangat mengesankan bahwa lawatan ke situs ini dapat membawa pegunjung berinteraksi dengan berbagai bayangan kehidupan pada zaman saat Fort ini masih digunakan. Situs ini sangat menjanjikan bagi mereka yang berjiwa penjelajah antar masa. (Al Aksan)
3. Rumah Kediaman Thomas Stamford Raffles
Thomas Stamford Raffles adalah Gubernur terakhir Inggris di Bengkulu sebelum akhirnya penguasaan terhadap Bengkulu di tukar oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Pulau Kecil di ujung Semenanjung Malaka, ‘Singapura’. Dalam masa kekuasaannya Raffles tinggal di rumah ini yang selain digunakan sebagai tempat tinggal, juga dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas dalam pemerintahannya. Bangunan ‘Istana Gubenur’ ini terletak sekitar 300 meter ke arah Utara Benteng Marlborough. Diantara kedua bangunan penting ini terdapat Tugu Thomas Parr yang merupakan salah satu monumen penting baik bagi Bangsa Inggris maupun Bangsa Indonesia. Konon cerita pada masanya terdapat terowongan bawah tanah yang menghubungkan Rumah Gubernur ini dengan sisi dalam Benteng Marlborough dengan melalui sisi bawah Tugu thomas Parr.
Rumah kediaman yang lebih mengesankan sebagai ’Istana’ ini sangat kental dengan corak arsitektur Eropa. Tiang-tiang besar yang berjajar di sisi depan bangunan mengesankan kekuatan dan kemegahan. Dinding-dinding yang tebal dengan bingkai jendela yang lebar merupakan ciri khas bangunan Bangsa Eropa pada masa itu.
Setelah kemerdekaan dan terutama setelah ditetapkannya Keresidenan Bengkulu menjadi Provinsi sendiri yang terpisah dari Provinsi Sumatera Selatan, Bangunan Rumah Kediaman Thomas Stamford Raffles ini di setahap demi setahap dipugar. Sekarang bangunan ini dimanfaatkan sebagai Rumah Kediaman Gubernur Bengkulu dimana sering pula digunakan sebagai tempat melakukan berbagai aktifitas pemerintahan daerah.
Bangunan ‘Istana’ Raffles ini menjadi tempat yang tak boleh dilewatkan bila kita berkunjung ke Bengkulu. Bangunan ini merupakan bagian dari rangkaian prasasti yang mengisahkan kepada kita –generasi saat ini - betapa interaksi antara masyarakat Inggris dengan masyarakat Bengkulu pada masa itu begitu sarat dengan kesan dan kisah heroisme. (Al Aksan)
4. Kompleks Makam Warga Inggris
Dalam rentang masa pendudukannya cukup banyak orang-orang dari kerajaan Inggris yang akhirnya meninggal dunia di Bengkulu. Selain meninggal karena peperangan menghadapi perlawanan rakyat Bengkulu, ada juga yang meninggal karena sakit maupun sebab-sebab lainnya. Dan sebagai bangsa yang besar tentunya masyarakat kolonial Inggris di Bengkulu saat itu melakukan berbagai ritual untuk memberikan penghormatan bagi jenazah-jenazah mereka.
Salah satu prasasti yang mencerminkan adanya ritual penghormatan tersebut adalah adanya kompleks makam khusus warga Inggris di suatu areal tertentu yang dihiasi dengan berbagai ornamen dan simbol-simbol yang bercorak Eropa yang kental nuansa Inggris sebagai bangsa maritim. Bertakhtakan batu nisan yang kokoh, kompleks pemakaman ini sarat dengan guratan-guratan yang bertuliskan cerita tentang identitas penghuni makam, riwayat hidup dan kisah kematian masing-masing penghuniya. Suasana di kompleks pemakaman benar-benar dapat membawa kita mengunjungi harmoni suasana masa lalu. Seakan kejadian yang telah berlangsung beratus-ratus tahun lampau itu baru terjadi beberapa hari yang lalu.
Keheningan suasana bathin yag menyelimuti kompleks pemakaman ini mengisyaratkan betapa sakralnya setiap ritual yang pernah terjadi disini. Kompleks pemakaman ini merupakan prasasti tepat generasi masa lalu bercerita pada anak cucunya di masa kini dan selanjutnya. Kompleks pemakaman ini bukan milik Masyarakat Bengkulu saja, tapi juga milik para anak cucu Bangsa Inggris yang nenek moyangnya telah bersemayam disini. Kompleks pemakaman ini adalah milik Bangsa Inggris yang dititipkan pada Bangsa Indonesia, yang wajib dijaga oleh kedua bangsa ini sebagai takhta atas kejayaan bersama masa lalu dan masa kini. (La Fortuna)
5. Tugu Hamilton
Hamilton adalah salah satu tentara Inggris yang gugur dalam sebuah pertempuran terbuka menghadapi perlawanan rakyat Bengkulu pada masa kolonialisme Inggris di Bengkulu. Untuk mengenang kegigihan dan semangat patriotismenya yang tinggi maka Pemerintah Kolonial Inggris pada masa itu membangunkan sebuah monumen berbentuk semacam tugu di pesisir pantai Panjang Kota Bengkulu. Tempat dimana monumen itu dibangun saat ini menjadi sebuah situs sejarah yang cukup penting hingga akhirya Pemerintah Daerah menempatkannya di titik tengah sebuah bundaran persimpangan arah jalan menuju berbagai situs dan kawasan objek Wisata di Kota Bengkulu. Mengingat patriotisme tentunya akan membuat anak cucu ‘Hamilton’ berbangga pada moyang mereka ini. (La Fortuna)
6. Rumah Pengasingan Bung Karno
Sungguh tiada dapat dipungkiri bahwa kharisma, ketauladanan dan kematangan jiwa sebagai seorang pemimpin besar yang terdapat pada diri Ir. Soekarno – Sang Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia – merupakan hasil dari rangkaian proses yang penuh dengan pahit getirnya perjuangan. Seluruh romantika itu seolah harus beliau alami sebagai prasyarat untuk mengambil ‘tuah’ untuk mengayomi seluruh rasa dan gelora Bangsa Indonesia yang akan dipimpinnya di kemudian hari. Lembaran-lembaran kehidupan telah ‘mengasah’, ‘mengasih’ dan ‘mengasuh’ beliau hingga akhirnya muncul dari inti bumi, menjadi ‘mutiara pertiwi’ yang menyinari perjuangan bangsa dengan hati dan jiwa yang tetap membumi.
Salah satu lembar penitis ’tuah’ kepemimpinan itu adalah perjalanan pengasingan ‘Sang Maestro’ di Bengkulu. Dengan tendensi untuk membuat perjuangan beliau mati, penjajah Kolonial Belanda mengirim Ir. Soekarno ke Bumi Raflesia yang saat itu sangat terpencil dan merupakan wilayah ex-kolonialisme Inggris yang ditukar guling oleh Belanda dengan pulau kecil Singapura di Selat Malaka.
Namun siapa nyana, ternyata di tempat ini justru beliau menerima ‘wangsit keagungan’-nya sebagai ‘kusuma’ bangsa. Hari-hari di pengasingan ternyata bukan lah hari-hari yang kelam dan sia-sia. Namun justru menjadi hari-hari yang membuat beliau mendapatkan banyak ’mukjizat’. Dari bumi ’Bengkulen’ ini Sang Proklamator mendapatkan titisan Pemimpin Besar Nusantara yang disegani oleh seluruh penjuru dunia. Konon, berbagai spirit pusaka dari Bengkulu selalu menjadi bagian penting dalam kepemimpinan beliau.
Lebih dari itu, kepemimpinan ’Sang Bapak Bangsa Indonesia Sepanjang Masa’ ini seolah tiada dapat dipisahkan dari kesempurnaan yang begitu indah dari keteduhan sekeping hati seorang Putri Bengkulu, Fatmawati. Kehangatan jiwa seorang Fatmawati menjadi penyempurna segala kebahagiaan dan penghapus segala keluh ’Sang Pemimpin’ dalam meretas bulir demi bulir keringat perjuangan kemerdekaan bangsa.
Dalam segala kesederhanaannya, ’Sang Bunga Pertiwi’ tampil menjadi ’sandaran hati’ kebanggaan sang suami; menjadi ibu yang mengayomi seluruh anak negeri. Perjuangan merebut kemerdekaan yang ditasbihkan dengan pernyataan ’Proklamasi Kemerdekaan’ oleh Sang Proklamator disempurnakan dengan begitu indah oleh ’Bu Fat’ dengan lentik jari mungilnya yang halus kuning langsat merangkai lembaran kain ’Merah Putih’ – Bendera Pusaka. Amanah rakyat sebagai Presiden Pertama RI yang harus diemban ’Bung Karno’ disempurnakan dengan begitu tulus dan bersahaja oleh Fatmawati sebagai Ibu Negara pertama Indonesia.
Kisah pahit getir perjuangan di pengasingan, keteguhan hati, spirit kejuangan, kebersamaan dengan rakyat, hingga kisah romantisme sebagaimana dituturkan diatas terekam dengan begitu lengkap, nyata dan terpelihara dengan baik di sebuah rumah di Jalan Soekarno – Hatta, Kelurahan Anggut Atas Kota Bengkulu. Rumah yang didiami oleh Ir. Soekarno semasa pengasingannya di Bengkulu Tahun 1938 s/d 1942.
Rumah kediaman ini menjadi situs sejarah yang sangat penting bagi Bangsa Indonesia saat ini. Oleh karenanya untuk kepentingan pengembangan dan pemeliharaan kelangsungan aset sejarah, situs ini berikut areal di sekitarnya telah direvitalisasi menjadi Kawasan Persada Bung Karno. Dengan ini diharapkan seluruh ’anak negeri’ dan pengunjung dapat memahami betapa Bengkulu memegang peranan yang sangat penting bagi lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Datanglah ke Bengkulu, dan rasakan betapa bangganya menjadi Bangsa Indonesia !!!! (La Fortuna)
Potensi Wisata Budaya
Provinsi Bengkulu juga menjadi daerah yang memiliki kekayaan budaya yang cukup banyak. Dibawah kepemimpnan Gubernur Agusrin M. Najamudin, Pemerintah Daerah berkomitmen untuk mengangkat seluruh potensi budaya masyarakat agar lebih berkembang dan dikenal oleh dunia. Melalui upaya pengembangan kawasan wisata internasional, pemerintah daerah bermaksud mengintegrasikan potensi keindahan wisata alam yang masih asli di Bengkulu, dengan kemegahan peninggalan sejarah yang eksotis dan kemeriahan atraksi budaya masyarakat Bengkulu yang unik dan mempesona. Beberapa atraksi budaya yang secara rutin dilaksanakan di Bengkulu diantaranya adalah Festival Tabot.
Festival Tabot
Tabot adalah sebuah ritual budaya untuk memperingati peristiwa bersejarah gugurnya Hasan dan Husen, cucu Nabi Besar Muhammad SAW di Padang Karbalah. Ritual ini dilaksanakan setiap tahun oleh kaum keluarga Tabot Bengkulu. Ritual budaya yang sakral ini dilaksanakan selama sepuluh hari dari tanggal 1 sampai dengan 10 Muharam. Konon bagi masyarakat setempat, ritual budaya harus dilaksanakan agar mereka terhindar berbagai kesulitan dan wabah penyakit.
Ritual yang diawali dengan acara ’Mengambil Tanah’ sebagai simbol penemuan jasad Hasan dan Husen. Selanjutnya masing-masing kelompok keluarga tabot akan membuat bangunan menyerupai rumah-rumahan yang sangat indah, bertingkat, dihiasi ornamen-ornamen khas dan lampu-lampu serta dilengkapi dengan replika patung kuda putih yang berkepala manusia. Setelah melalui berbagai prosesi dengan nuansa spiritualitas yang tinggi, masing-masing keluarga Tabot akan mengusung Tabot-nya ke sebuah lapangan terbuka yang sudah disiapkan. Di lapangan ini masing-masing tabot disusun berjejer yang dikenal dengan istilah : ’Tabot Bersanding’. Pada tanggal 10 Muharam dilaksanakan ritual mengarak Tabot-tabot itu bersama-sama menuju ’Karabela’. Di Karabela, dilaksanakan ritual ’Tabot Terbuang’ sebagai pertanda berakhirnya seluruh rangkaian prosesi ritual perayaan Tabot pada setiap tahunnya.
Mengingat pentingnya perayaan Tabot bagi masyarakat maka setiap tahun pemerintah daerah dan masyarakat Bengkulu mengiringi kemeriahan perayaan Tabot ini dengan melaksanakan Festival Tabot. Dalam festival ini dilaksanakan berbagai kegiatan lainnya seperti pagelaran seni budaya masing-masing kabupaten di Bengkulu dan daerah lainnya, pelaksanakan berbagai kegiatan lomba budaya dan kepemudaan, Lomba Tabot Pembangunan, Lomba Seni Ikan-Ikan dan Telong-Telong serta berbagai kegiatan lain yang menambah kemeriahan festival ini.
Selama pelaksanaannya, festival ini dikunjungi oleh banyak pelancong baik dari dalam maupun luar negeri. Pada masa yang akan datang festival ini akan semakin meriah dan mendunia dengan adanya perhatian khusus beberapa bangsa dari timur tengah terhadap perayaan dan festival Tabot ini. Oleh karena itu, jangan pernah melewatkan masa untuk mengunjungi Bengkulu, Bumi Rafflesia dengan sejuta pesonanya. Kami Tunggu di Bengkulu !!!
(La Fortuna)